RESENSI
judul buku : KEMI, Cinta Kebebasan yang Tersesat
Penulis : Adian Husaini
Terbit : Depok, Gema Insani, 2010, 316 hlm.
Jenis Buku : Novel
ISBN 978-979-077-220-5
Dalam novel ini dikisahkan perjalanan santri cerdas yang diperalat oleh misi Barat untuk menghancurkan ajaran Islam (khususnya pendidikan islam) melalui pemikiran-pemikiran liberalismenya. Kemi seorang santri yang cerdas, sebagai tokoh utama dalam novel ini, mengawali perjalanan sesatnya dengan seorang kaka kelasnya, Farsan, yang tengah bergabung dalam jaringan islam liberal.
Kemi merasa kungkungan pendidikan pesantren tengah menjeratnya dalam kekakuan dalam mengembangkan keilmuannya. sehingga, ia berani menentang kyai Rois dan teman karibnya, Rahmat, untuk keluar dari pesantren dan bergabung dengan kelompok islam liberal. keterlibatan Kemi dalam dunia liberalisme, mengundang kyai Rois dan Rahmat mengatur strategi untuk mengembalikan Kemi ke dunia pesantren.
diutusnya Rahmat untuk bergabung dengan kelompok Kemi, tidak lain hanya untuk menarik kembali Kemi kepada jalan yang benar. penyesatan faham liberalisme; humanism, multikulturalisme, pluralisme, kesetaraan gender, kapitalisme dll menjadi tantangan terbesar bagi Rahmat untuk menyelamatkan sahabatnya. namun karena kecerdasan, keikhlasan dan keberaniannya, ia mampu menaklukkan perdebatan hebat bersama rektor tempat Kemi kuliah; Prof. Malikan dalam kuliah pertamanya, hingga perdebatan dengan Kyai besar dari Jawa Barat, Kyai Dulpikir tiba-tiba terserang penyakit jantung yang mengakibatkan meninggalnya setelah berdebat dengan Rahmat. kematian kyai kondang tersebut, menjadi puncak perjalanan Kemi dalam dunia liberal.
terungkapnya Siti, teman Kemi yang tertarik kepada Rahmat pada pandangan pertama, membocorkan misi liberalisme kepada Rahmat, sebagai hukumannya, Siti dijebak dengan meminum air yang telah dicampur racun oleh orang suruhan Roman sebagai ketua kelompok liberal di kampusnya. Roman pun mendakwa Kemi sebagai anggotanya, sebelum dibunuh dengan siksaan oleh dua orang bodyguard-nya, namun beruntunglah nasib Kemi, yang masih tertolong oleh warga sehingga Roman dan antek-anteknya dijerat hukuman penganiayaan. namun nasib Kemi pun tak terselamatkan seratus persen, akibat penganiayaan tersebut Kemi dirawat di RS jiwa.
Perjalanan Kemi ini telah memberikan banyak inspirasi kepada kita yang hidup pada zaman westernisasi dan globalisasi. keimanan seorang muslim tidak dapat terkalahkan oleh akal pikiran, apalagi harus ditaruhkan oleh materi semata.
Peresensi: Dadan Hamdani